Minggu, 24 Februari 2013

ASUHAN INTRANATAL DI KOMUNITAS DAN ASUHAN NEONATUS


BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang diberikan termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di rumah, posyandu maupun polindes (Rafless, 2011). Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa, dalam menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerjasama dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut secara aktif dalam menaggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya (Rafless, 2011). B. Tujuan a. Memahami tentang definisi Asuhan intranatal di komunitas b. Mengetahui standar pelayanan kebidanan dalam asuhan intranatal c. Memahami persiapan bidan dalam asuhan intranatal d. Memahami manajement asuhan intranatal e. Memahami tentang definisi Asuhan neonatus di komunitas f. Mengetahui ciri-ciri bayi normal g. Mengetahui bentuk pelayanan kesehatan pada BBL C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain : a. Bagaimana tentang definisi Asuhan intranatal di komunitas b. Bagaimana tentang standar pelayanan kebidanan dalam asuhan intranatal c. Bagaimana persiapan bidan dalam asuhan intranatal d. Bagaimana manajement asuhan intranatal e. Bagaimana tentang definisi Asuhan neonatus di komunitas f. Bagaimana tentang ciri-ciri bayi normal g. Bagaimana bentuk pelayanan kesehatan pada BBL 

BAB II
 PEMBAHASAN 

A. Asuhan Intranatal di Komunitas
 1. Definisi Asuhan Intranatal adalah asuhan atau pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Standar Pelayanan Kebidanan a. Asuhan saat persalinan Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung. b. Persalinan yang aman Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat. c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum. 3. Persiapan Bidan Meliputi : a. Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan . b. Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi. c. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperrlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. d. Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dapat memahayakan keselamatan ibu dan bayinya.apabila iu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan. e. Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.  Persiapan Rumah Dan Lingkungan Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung harus memiliki pencahayaan penerangan yang cukup, ranjang sebaiknya diletakkan ditengah-tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan, dan cahaya sedapat mungkin tertuju pada tempat persalinan. Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan, perlu disiapkan juga lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan bebas dari tiupan angin. Apabila lokasi tempat tinggal ibu di daerah pegunungan atau yang beriklim dingin, sebaiknya sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. a. Situasi dan Kondisi Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu : 1. Rumah cukup aman dan hangat 2. Tersedia ruangan untuk proses persalinan 3. Tersedia air mengalir 4. Terjamin kebersihannya 5. Tersedia sarana media komunikasi b. Rumah Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan syarat rumah diantaranya : 1. Ruangan sebaiknya cukup luas 2. Adanya penerangan yang cukup 3. Tempat nyaman 4. Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan  Persiapan Peralatan Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah : 1. Persiapan untuk pertolongan persalinan - Waskom - Sabun cuci - Handuk kering dan bersih - Selimut - Pakaian ganti - Pembalut - Kain pel - Lampu 2. Persiapan Untuk Bayi - Handuk Bayi - Tempat Tidur Bayi - Botol air panas untuk menghangatkan alas - Pakaian bayi - Selimut bayi  Persiapan Ibu Dan Keluarga Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan sayang ibu selama proses persalinan. 4. Manajemen Asuhan Intranatal Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi Intranatal di Rumah 1. Asuhan Persalinan Kala I Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman.Bidan perlu mengingat konsep tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau ada kejadian penting lainnya . 2. Asuhan Persalinan Kala II - Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi - Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan 3. Asuhan Persalinan Kala III Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu. 4. Asuhan Persalinan Kala IV Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV. B. Asuhan Neonatus 1. Definisi Asuhan pada Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. 2. Ciri – ciri bayi normal a. Berat badan 2500 – 4000 gram b. Panjang badan 48-52 cm c. Lingkar badan 30-38 cm d. Lingkar kepala 33-35 cm e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit. f. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit. g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa. h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna. i. Kuku agak panjang dan lemas. j. Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora (pada anak perempuan). k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. l. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk. m. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam. n. Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan. (Saifuddin, 2006). 3. Bentuk pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir 1. IMD Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini ( IMD ) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI. 2. Melakukan penilaian bayi baru lahir a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas c. Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. 3. Membebaskan jalan nafas Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut: a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score) h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan. 4. Perawatan tali pusat a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat. b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya. c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering. e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu. f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan. g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5% h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.(Dep. Kes. RI, 2002) 5. Pencegahan kehilangan panas Mekanisme kehilangan panas: a. Evaporasi Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. b. Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut c. Konveksi Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. d. Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut: a. Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering) c. Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir. 6. Pencegahan infeksi a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop. e. Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM. f. Memberikan obat tetes atau salep mata g. Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat. 7. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir: a) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan b) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan c) Pastikan pencahayaan baik d) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat 8. Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral

 BAB
 III PENUTUP 
 A. Kesimpulan 
Asuhan Intranatal adalah asuhan atau pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan. Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. B. Saran Agar kehamilan dan persalinan berlangsung dalam batasan normal, hendaknya periksalah ke fasilitas kesehatan (BPS, praktek dokter, rumah sakit, puskesmas) yang di dalamnya terdapat tenaga kesehatan yang terlatih seperti bidan/dokter.   DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta. Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008 Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Sabtu, 16 Februari 2013

prematur dan postmatur


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik.Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996).

Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan kebidanan, dimana pada bayi prematur sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien.Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematur dengan asuhan kebidanan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah kebidanan.

Post matur adalah kehamilan yang ≥ 42 minggu (294 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus naegle, dengan siklus haid rata- rata 28 hari. Selain itu ada juga yang dihitung 42 minggu dari HPHT dan ada pula dihitung 42 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas atau serotinus.








2.       TUJUAN
Agar dapat mngetahui mengenai :
a. Pengertian premature dan postmatur
b.Penyebab bayi premature dan  postmatur
c. Tanda dan gejala persalinan premature dan  postmatur
d.      Faktor resiko persalinan premature dan  postmatur
e. Patofisiologi premature dan postmatur
f. Masalah dan komplikasi yang ditimbulkan oleh persalinan premature
g.Pengelolaan persalinan premature dan postmatur

3.      RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian premature dan  postmatur
b. Apa  penyebab bayi premature dan postmatur
c. Apa tanda dan gejala persalinan premature dan  postmatur
d.      Apa faktor resiko persalinan premature dan postmatur
e. Bagaimana patofisiologi premature dan postmatur
f. Apa saja masalah dan komplikasi yang ditimbulkan oleh persalinan premature
g.Bagaimana Pengelolaan persalinan premature dan  postmatur















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PREMATUR
Pengertian
Menurut WHO, persalinan premature adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Dengan demikian, persalainan premature dapat terdiri dari :
§  Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK).
§  Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kecil untuk masa kehamilan (KMK).

Nama lainnya dari golongan ini adalah
1.      Small for gestational age (SGA)
2.      Intra uteri grouth retardation (IUGRat)
3.      Inta uteri grout restriction (IUGRst)

Menurut WHO, persalinan premature murni dapat digolongkan menurut usia kehamilan dan berat badan lahir, yaitu :
1.      Sangat premature
2.      Premature sedang
3.      Premature borderline
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.American Academy Pediatric mendefinisikan prematuritas adalah kelahiran hidup bayi dengan berat < 2500 gr. Criteria ini dipakai terus menerus secara luas, sampai tampak bahwa ada perbedaan antara usia hamil dan berat lahir yang disebabkan adanya hambatan pertumbuhan janin.




Etiologi
1.      Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
2.      Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996).
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
3.      Kehamilan
a.       Malformasi Uterus
b.      Kehamilan ganda
c.       TI. Servik Inkompeten
d.      KPD
e.       Pre eklamsia
f.       Riwayat kelahiran premature
g.      Kelainan Rh
4.      Kondisi medis
1.      Kondisi yang menimbulkan partus preterm
a.       Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
b.      Perkembangan janin terhambat
Perkembangan janin terhambat (Intrauterine growth retardation) merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
c.       Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang akan menjadi lebih besar yaitu 11%.
d.      Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
e.       Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.
f.       Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat dikendalikan.
2.      Kondisi yang menimbulkan kontraksi
a.       Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan kelainan uterus yang ada.
b.      Ketuban pecah dini
Ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti : serviks inkompeten, hidramnion, kahamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain.
c.       Serviks inkompeten
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. Chamberlain dan Gibbings menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
d.      Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kahamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.



5.      Sosial Ekonomi
a.       Tidak melakukan perawatan prenatal
b.      Status sosial ekonomi rendah
c.       Mal nutrisi
d.      Kehamilan remaja
6.      Faktor gaya hidup
1.)    Kebiasaan merokok
2.)     Kenaikan berat badan selama hamil yang kurang
3.)    Penyalahgunaan obat (kokain)
4.)      Alcohol

Tanda Dan Gejala Persalinan
Tanda-tanda persalinan prematur, yaitu
1.      Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung.
2.      Kram perut, dengan atau tanpa diare.
3.      Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit.
4.       Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi yang mendorong ke bawah.
5.      keluar air atau cairan lainnya dari vagina.

Resiko Persalinan
a.      Resiko Demografik
1.       Ras
2.        Usia (<> 40 tahun)
3.        Status sosio ekonomi rendah
4.       Belum menikah
5.       Tingkat pendidikan rendah
b.      Resiko Medis
1.       Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
2.      Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
3.       Anomali uterus
4.      Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
5.      Resiko kehamilan saat ini :Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c.        Resiko Perilaku dan Lingkungan
1.      Nutrisi buruk
2.      Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
3.      Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
4.      Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d.      Faktor Resiko Potensial
1.      Stres
2.      Iritabilitas uterus
3.      Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
4.      Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
5.      Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
6.      Defisiensi progesterone
7.      Infeksi

Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)



Masalah Dan Komplikasi
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu:
1.      Kontraksi yang berulang sdikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit.
2.      Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain).
3.      Perdarahan bercak.
4.      Perasaan menekan daerah serviks.
5.      Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan penipisan 50-80%.
6.      Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika.
7.      Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan preterm.
8.      Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

Masalah kesehatan yang sering dialami bayi lahir prematur:
1.      Masalah kardiovaskular seperti PDA atau Duktus Arteriosus Paten dimana ductus arteriosus tetap terbuka bahkan setelah anak lahir. Anak yang lahir prematur sangat rentan terhadap masalah seperti masalah hipertensi, diabetes dan jantung di usia dewasa mereka.
2.      Penyakit paru-paru kronis dan infeksi seperti displasia bronkopulmonalis, pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan.
3.      Ada beberapa masalah neurologis seperti Ensefalopati hipoksik iskemik, retinopati prematuritas, apnea, serebral palsi, cacat perkembangan, perdarahan intraventrikular. Beberapa bayi cenderung mengalami pendarahan otak. Pendarahan otak parah dapat berakibat fatal. Keterbelakangan mental adalah efek yang bisa terjadi pada kelahiran prematur.
4.      Masalah hematologi yang bisa terjadi pada kelahiran prematur adalah trombositopenia, anemia, ikterus atau hiperbilirubinemia yang menyebabkan kernikterus.
5.      Bayi prematur menghadapi masalah pertumbuhan jangka panjang seperti tingkat pertumbuhan di bawah rata-rata.
6.      Beberapa masalah metabolik dan pencernaan yang juga bisa terjadi pada bayi prematur seperti hernia inguinalis, hipokalsemia, rakhitis, nekrosis enterocolitis, hipoglikemia, dll. Pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa, bayi prematur menghadapi kesulitan dalam menyusu, karena kurang energi untuk menghisap susu.
7.      Anak yang lahir antara minggu ke-22 dan 27 lebih rentan terhadap kematian bayi dan SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
8.      Para ahli menyatakan bahwa anak-anak yang lahir prematur menghadapi masalah reproduksi.
9.      Beberapa masalah lainnya seperti sepsis, kebutaan total atau parsial, masalah penglihatan, infeksi saluran kemih, masalah sosial dan emosional, keterampilan mengucap yang kurang, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), masalah koordinasi mata tangan dan IQ lebih rendah.

Penatalaksanaan Persalinan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah mordibitas dan mortalitas neonates preterm adalah:
1.      Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis
2.      Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
3.      Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi
Menurut FKUI. Kapita Selekta Kedokteran. 2001.Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari apakah faktor penyulit ada. Dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau rendah.
1.      Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.
2.      Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti Fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3.      Dampingi ibu ke tempat rujukan dan beri dukungan.
4.      Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin, karioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan janin terhambat dan pembukaan serviks 4 cm).
B.     POSTMATUR
Pengertian
Post matur adalah kehamilan yang ≥ 42 minggu (294 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus naegle, dengan siklus haid rata- rata 28 hari. Selain itu ada juga yang dihitung 42 minggu dari HPHT dan ada pula dihitung 42 minggu. Partusnya disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas atau serotinus. Etiologi pasti belum diketahui. Tapi ada yang menyebabkan faktor penyebabnya adalah faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum

Etiologi postmatur yaitu tidak timbulnya His karena kurangnya air ketuban ,insufisiensi plasenta dan kerentanan akan stress(kapita selekta 2000:275).




Tanda Dan Gejala Persalinan
Tanda-tanda kelahiran postmatur :
1.      Biasanya lebih berat  dari bayi matur
2.       Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3.      Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4.      Verniks kaseosa di badan kurang
5.      Kuku-kuku panjang
6.      Rambut kepala agak tebal
7.      Kulit agak pucat dengan desquamasi epitel

Resiko Persalinan
Pengaruh postmatur terhadap ibu dan janin :
ü  Terhadap ibu:
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena
Ø  Aksi uterus tidak terkoordinasi
Ø  Janin besar
Ø  Molase kepala kurang
Maka sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
ü  Terhadap janin:
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi,seperti;
Berat badan janin dapat bertambah besar, tetap, da nada yang berkurang setelah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang biasa terjadi kematian janin dalam kandungan.








Patofisiologi
Meliputi bayi yang sangat besar dengan akibat trauma lahir atau bayi kecil untuk masa kehamilan yang hidrasi dan nutrisinya dirusak karena penuaan plasenta serta disfungsi dan penurunan cairan amnion(keperawatan ibu-bayi baru lahir.2005:283).

Masalah Dan Komplikasi
Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena (a) aksi uterus tidak terkoordinir (b). Janin besar (c) Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dri kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur
j       Hipoksia 
j       Hipovolemia
j       Asidosis
j       Sindrom gawat napas
j       Hipoglikemia
j       Hipofungsi adrenal.
Penatalaksanaan Persalinan
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS).Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:


1.      Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2.      Induksi dengan oksitosin.
3.      Bedah seksio sesaria.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.

Induksi persalinan dilakukan dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Sebelumdilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulukesejahteraan janinnya dengan alat KTG, serta diukur skor pelvisnya.Jikakeadaan janin baik dan skor pelvis >5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian infus,kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat 13janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikaninfus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.












BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
v  Premature adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram.
Tanda-tanda persalinan prematur, yaitu
1.      Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung.
2.      Kram perut, dengan atau tanpa diare.
3.      Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit.
4.      Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi yang mendorong ke bawah.
5.       keluar air atau cairan lainnya dari vagina.

v  Pengertian Post matur adalah kehamilan yang ≥ 42 minggu (294 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Tanda-tanda kelahiran postmatur
1.       Biasanya lebih berat  dari bayi matur
2.      Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3.      Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4.       Verniks kaseosa di badan kurang
5.      Kuku-kuku panjang
6.      Rambut kepala agak tebal
7.      Kulit agak pucat dengan desquamasi epitel

SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini ,masih jauh dari kesempurnaan ,olehnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Soepardan, Suryani.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
 Stright barbara.2005. Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir.jakarta:EGC